Saturday, January 29, 2011

Eloknya Gedung Kotak di Washington DC


Eloknya Gedung Kotak-kotak di Washington DC

oleh Abun Sanda,Executive summary by Kevin

Dipandang sambil lalu, raut gedung di Washington DC tidak menawan. Rata-rata terdiri atas tujuh sampai duabelas lantai, bangunan itu tidak menawarkan impresi luar biasa. Di era Mao Zedong, gedung-gedung di Beijing, RRC banyak yang menyerupai gedung-gedung di ibu kota AS tersebut. Tidak terlampau menjulang, dan rata-rata dalam bentunya yang kotak-kotak.

Akan tetapi, masalahnya p lain kalau kita memandang bangunan di Washington DC dengan tatapan lebih cermat. Bangunan di Washington DC ini dengan tatanan lebih cermat. Bangunan tersebut tidak sekadar kotak-kotak jendela, tetapi jauh lebih dari itu. Seluru bangunan didirikan dengan konstruksi yang amat kuat, dan diperkirakn mampu bertahan ata empat musim selama lebih dari 500 tahun. Kalau dipandang dari dekat, tampak jelas bahwa bahan yang digunakan adalah bahan bermutu tinggi.

Desain bangunannya keren, system pencahayaannya sangat efektif membuat isi gedung terang benderang kendati tanpa didukung lampu. Kaca jendela yang digunakan sangat kedap suara, sehingga kebisingan di jalan raya tidak menyelusup ke dalam gedung. Dinding-dindingnya menggunakan ukiran menarik di dinding marmer dan batu granit yang sangat berkelas. Interior dan exterior gedung ratga-rata memukau. Ada kombinasi patung kecil yang diletakkan di dinding, pahatan di dinding plakat yang diukir dan ditebalkan didinding, dan ada pula ukiran menarik di dinding. Setiap detail gedung dikerjakan dengan cita rasa sangat tinggi.


Suatu hari, saya berkesempatan masuk gedung Bank Dunia untuk bertemu Managing Director Bank Dunia, Sri Mulyani Indrawati. Gedung itu, sebagaimana gedung-gedung lainnya, selalu dalam bentuk yang khas Washington DC, berkotak-kotak. Tetapi, begitu memasuki gedung, segera terasa betapa eloknya bangunan tersebut. Sistem pencahayaan yang jenius membuat aura dalam gedung sangat memukau. Pegawai yang duduk bekerja di belakang meja komputer selalu berwajah segar. Ruang kerja Sri Mulyani pun, kendati lampu tidak dinyalakan, tetap cemerlang dan berkilau-kilau.

Lalu di kaca jendela itu, duuh , selalu bertengger tanaman dalam pot yang beraneka warna. Sungguh menawan pemandangan di sekitar jendela kotak-kotak itu. Saya jadi berpikir, sepintas lalu tampak depan gedung kotak-kotak itu ibarat padang ilalang. Tetapi, setelah dilihat dari dekat, ia berlian yang sangat berkilau diterpa matahari. Ia mutiara yang sangat pantas dilekatkan di mana saja.

Betapa ingin melihat gedung-gedung di DKI Jakarta dikerjakan dengan selera tinggi. Dikemas dengan sepenuh perasaan. Tentu banyak gedung yang memenuhi kriteria yang saya sebutkan tadi. Akan tetapi, alangkah inginnya kita melihat kota ini dipenuhi oleh gedung-gedung yang dibangun dengan kualitas amat tinggi. Kualiitas amat tinggi bisa dibangun dengan sederhana, tetapi di balik kesederhanaan itu tetap tersimpan keagungan, dan “wibawa” sebuah bangunan.

Kerap kali masalah ini tidak kita sadari. Kita suka asal bangun, misalnya membangun perumahan asal-asalan. Atau, barisan ruko yang sungguh mencerminkan kedangkalan selera. Kita acap lupa, keindahan rumah dan gedung salah satu penentu aktratif tidaknya sebuah kota.